Aku mutadi, wartawan di Pontianak, Kalimantan Barat. Teman-teman kantorku biasa menyapaku Adi. Silakan teman-teman di dunia maya baca-baca blogku ini. Gratis...
Friday, May 25, 2007
salam
ini hari pertamaku menggoreskan warna hitam di atas lembaran putih ini. meski tak semua hal kutumpahkan di sini, banyak cerita yang akan aku bagi kepada teman-teman di dunia virtual ini. termasuk kehidupan asmaraku. he..he...he...tentunya dengan proses penyuntingan dong...
belum ada yang bisa kukisahkan hari ini. lagi malas. ga tahu, mungkin besok baru kumulai menuangkan segalanya di sini. hari ini aku pengin istirahat. byeee...e...
kekeliruan adalah teman manusia. keliru menulis nama, keliru menulis tanggal, keliru menerbitkan naskah, dan keliru-keliru lainnya. di bidang jurnalistik, kekeliruan sama halnya kesalahan verifikasi. artinya, sang wartawan tidak jeli dalam mengolah bahan yang didapatnya di lapangan ke dalam sebuah naskah. namun kekeliruan bukan sebuah tindakan yang disengaja. keliru seringkali karena kealpaan. dalam tingkatan yang biasa, keliru tidak akan berimplikasi pada tuntutan hukum. tetapi lebih kepada tanggung jawab moral. makanya di media dikenal adanya ralat atau perbaikan.
di mana-mana, di sekelilingku, aku banyak menemukan pribadi-pribadi yang labil. mereka mudah goyah. tidak tetap pendirian karena alasan perbedaan tingkatan status. bawahan terhadap atasan, yang punya kepada yang lebih berpunya, junior kepada seniornya, dan perbedaan tingkatan lainnya yang menjadikan pergaulan kaku, tanpa nyawa. di mana-mana, di sekelilingku, orang-orang berebut menonjolkan diri. ingin dianggap emas di antara kilauan tumpukan besi. berbuat atau tidak berbuat tidak memiliki garis tegas sebagai pembeda. semua sama, pukul rata dengan syarat. asal, bapak, pimpinan, teman, dll menjadi senang. di mana-mana, di sekelilingku, orang-orang berebut berteriak yang paling. orang lain dinafikan. tak acuh. diri seakan-akan yang paling ngerti, paling bisa, paling tahu, dll. padahal, paling tidak tahu. di mana-mana, di sekelilingku, orang-orang seperti berlomba diam, tidak berbuat, cuek bebek. padahal, memang tak mengerti apa yang harus dilakukan. selama menganggap diam itu emas, memang lebih baik diam. karena orang akan menganggap, yang sedang diam, tidak berbuat itu, emas.
23 Maret 2006
filosof denmark, sorens kieerkegaard ada benarnya soal hidup. hidup manusia itu, kata sorens, baru dimengerti di belakang. tetapi manusia harus menjalaninya dari depan. kalau manusia tahu apa yang berlaku di belakang, sudah sejak detik ini manusia akan menyiasatinya. minimal tidak melakukan, akan melakukan, atau melakukan. aku bukan ingin membela kesalahan-kesalahan, dosa, dan segala macam yang telah kuperbuat. aku minta maaf, mohon ampun, menyesal soal itu. semua telah terjadi. kalau aku tahu nasibku ke depan, bakal kayu atau miskin, sudah dari sekarang aku akan berbuat atau takkan berbuat. benar kata sahabatku arief tridjoto. manusia bagaimana pun hanya berusaha, hasil akhir tuhan yang menentukan. "keberhasilan itu urusan allah," begitu kata kawan satu kampus ku ini dulu. aku tidak tahu apakah saat ini, aku sudah cukup berusaha dalam hidup atau belum. aku hanya tahu, segalanya sedang kujalani dan akan terus kujalani. meski aku tahu, istri dan anak-anakku juga tahu, selera humor kami saat ini tercekat di kerongkongan. suara tawa semakin berkurang saja setiap harinya. intensitas bertatap muka makin minim saja. ada apa denganku? aku yang salah sehingga hanya sedikit saja tawa antara aku, istri, juga anak-anakku? aku yang salah hingga mereka tak sesering dulu menatap wajahku? aku yang salah?
seandainya aku malam takkan kuselimuti kau dengan embun seandainya aku siang akan kulindungi kulitmu dari panas mentari seandainya aku pagi takkan kubiarkan kau terjebak kemacetan tapi aku hanya sebatas aku tercipta dengan banyak keterbatasan terlahir dengan banyak sisi berjalan dengan banyak arah hidup dengan perjuangan mati berbungkus kain kapan
pintu tuhan ketika malam datang, aku masih bertafakur dengan dunia sesekali saja aku singgah untuk menjenguk akhirat hanya lima menit kalau pun lebih, paling hanya beberapa detik ketika malam datang, aku masih mengemis belas kasihan dunia mengiba perpanjangan hidup menadahkan tangan berharap bagi hingga tak banyak aku berkomunikasi dengan penciptaku yang sedikit itu pun, bukan hitungan jam tuhan, engkau pasti memandangku engkau pasti melihat perkelahianku tadi kelakuanku mengotori catatan-mu, bukan? tapi aku lihat pintu-mu masih terbuka, tuhan. 7 mei 2006
banyak tanya salahkah aku jika banyak cinta di sekelilingku? salahkah jika aku menjemput banyak kebahagiaan? tunjukkan aku di mana kesalahanku? 30 mei 2006
cintaku berangkatlah ke peraduanmu percayalah aku menunggu cintamu di sana pejamkan matamu aku akan menjagamu hingga mentari terbit dan kau terbangun percayalah aku masih di sisimu. percayalah ada aku ketika kau menguap untuk pertama kali di pagi itu Setiap hari aku ingin menjadi pria pertama yang melihat kau tidak bermake up aku ingin kau yang pertama meniupkan azan subuh sebelum bilal di masjid aku ingin menjadi yang pertama untuk semua yang ada padamu 17 juli 2006
doaku tidurlah jangan risaukan malam pertamamu sambut pagi esok dengan ceriamu ingat, aku di belakangmu, tapi aku bukan bayang-bayangmu tinggalkan aku ketika terang tiba genggam tangannya, jangan pernah kau lepaskan dia yang nanti akan membawamu ke surga-nya. 20 juli 2006
orang ketiga 2 perempuan-perempuan yang aku sayangi, sayangilah aku perempuan-perempuan yang aku cintai, cintailah aku perempuan-perempuan yang aku banggakan, jangan banggakan aku perempuan-perempuan yang aku puja, jangan puja aku perempuan-perempuan yang sering aku tangisi, jangan tangisi aku perempuan-perempuan yang segalanya bagiku, maafkan aku aku bukan yang patut dibanggakan aku bukan yang patut dipuja aku bukan yang patut ditangisi karena aku hanya bisa memberi kalian cinta dan kasih sayang 21 juli 2006
cemburu mengapa aku merasa malam ini sepi sekali dingin menjadi sangat terasa aku seperti berdiri pada ruang kosong temanku hanya gema suaraku sendiri memekakkan telinga membuat pusing kepala hampa aku seperti seorang tanpa keinginan tanpa rasa tanpa asa saat ini aku benar-benar benci diriku sendiri.
hilang sepi itu akhirnya menjemput tawa telah pergi senyum tak lagi tampak sinar itu kulihat di kejauhan jauh sekali tapi semuanya masih ada 10 september 2006
asa biarlah senyum itu menemukan abadi biar tawa itu kekal di hadapan cermin gapailah yang engkau mau peluk dia dan berdoalah aku dan senyum tetap akan di sini menanti tawa itu menggetarkan telinga aku akan selalu di sini menanti kabar bahagiamu.
sunyi hari ini, masih sama seperti hari kemarin aku sendiri lagi di sisa ruang dunia sempit halimun merongrong menjejali napas dengan ion kematian besok, mungkin masih sama seperti hari ini kacau rusuh teriakan di mana-mana robinhood bermunculan berganti pakaian dewa menjelma kembali menjadi iblis. 7 oktober 2006
tak terasa bulan Juni sudah berlalu enam hari. belum banyak yang kulakukan menjalani pertengahan tahun ini. tubuhku terasa lelah. seperti mesin percetakan buatan tahun 80-an, gujluk....gujlukk...gujlukkk... mungkin karena tuntutan dari pekerjaanku yang membuat cepat lelah. profesiku sebagai seorang jurnalis yang dituntut selalu menyajikan yang terbaik, berpikir, meramu, dan menampilkan melebihi yang ditampilkan orang lain, membuatku cepat keder. ga tau sampe kapan seperti ini dan begini. ingin rasanya kuakhiri.
ketika sinar bulan datang kau mulai ragu bertanya-tanya tentang masa depan percintaanmu sekali dapat jawaban, sekali itu pula kau membantahnya sekali waktu kau percaya waktumu lain waktu kau ragukan masamu
kau percaya cinta sama ketika kamu tidak memercayainya kau percaya cinta dalam hatimu dalam hati kita cinta itu kepada rabb-mu
ada banyak yang bisa kita reguk dari sekian cerita yang kita jalani kata pramoedya : jangan berhenti jika kaki sudah terlanjur melangkah sebab hari terus berubah, roda terus berputar, kebencian dan kekecewaan hanya akan menjadi sandungan kaki melangkah
tak ada yang khusus dari nama ini. khatulistiwadua adalah kelanjutan dari garis khatulistiwa yang melintasi Kota Pontianak, kota tempatku berdiam.
aku anak ketujuh dari 12 bersaudara. satu saudaraku yang cewek meninggal ketika berusia beberapa bulan.
akhir juli kemarin genap setahun kepergian orang tua laki-lakiku. kini aku hanya punya ibu yang masih tetap setia merawatku meski aku sudah berkeluarga dan hidup bahagia bersama istri dan anak-anakku. sungguh besar kasihmu ibu...takkan kulupa. kupintakan pada tuhan untuk menempatkanmu di tempat paling baik yang tuhan punya. amin
26 comments:
belum ada yang bisa kukisahkan hari ini. lagi malas. ga tahu, mungkin besok baru kumulai menuangkan segalanya di sini. hari ini aku pengin istirahat. byeee...e...
kekeliruan adalah teman manusia. keliru menulis nama, keliru menulis tanggal, keliru menerbitkan naskah, dan keliru-keliru lainnya. di bidang jurnalistik, kekeliruan sama halnya kesalahan verifikasi. artinya, sang wartawan tidak jeli dalam mengolah bahan yang didapatnya di lapangan ke dalam sebuah naskah. namun kekeliruan bukan sebuah tindakan yang disengaja. keliru seringkali karena kealpaan. dalam tingkatan yang biasa, keliru tidak akan berimplikasi pada tuntutan hukum. tetapi lebih kepada tanggung jawab moral. makanya di media dikenal adanya ralat atau perbaikan.
di mana-mana, di sekelilingku, aku banyak menemukan pribadi-pribadi yang labil. mereka mudah goyah. tidak tetap pendirian karena alasan perbedaan tingkatan status. bawahan terhadap atasan, yang punya kepada yang lebih berpunya, junior kepada seniornya, dan perbedaan tingkatan lainnya yang menjadikan pergaulan kaku, tanpa nyawa.
di mana-mana, di sekelilingku, orang-orang berebut menonjolkan diri. ingin dianggap emas di antara kilauan tumpukan besi. berbuat atau tidak berbuat tidak memiliki garis tegas sebagai pembeda. semua sama, pukul rata dengan syarat. asal, bapak, pimpinan, teman, dll menjadi senang.
di mana-mana, di sekelilingku, orang-orang berebut berteriak yang paling. orang lain dinafikan. tak acuh. diri seakan-akan yang paling ngerti, paling bisa, paling tahu, dll. padahal, paling tidak tahu.
di mana-mana, di sekelilingku, orang-orang seperti berlomba diam, tidak berbuat, cuek bebek. padahal, memang tak mengerti apa yang harus dilakukan. selama menganggap diam itu emas, memang lebih baik diam. karena orang akan menganggap, yang sedang diam, tidak berbuat itu, emas.
23 Maret 2006
filosof denmark, sorens kieerkegaard ada benarnya soal hidup. hidup manusia itu, kata sorens, baru dimengerti di belakang. tetapi manusia harus menjalaninya dari depan. kalau manusia tahu apa yang berlaku di belakang, sudah sejak detik ini manusia akan menyiasatinya. minimal tidak melakukan, akan melakukan, atau melakukan.
aku bukan ingin membela kesalahan-kesalahan, dosa, dan segala macam yang telah kuperbuat. aku minta maaf, mohon ampun, menyesal soal itu. semua telah terjadi. kalau aku tahu nasibku ke depan, bakal kayu atau miskin, sudah dari sekarang aku akan berbuat atau takkan berbuat.
benar kata sahabatku arief tridjoto. manusia bagaimana pun hanya berusaha, hasil akhir tuhan yang menentukan. "keberhasilan itu urusan allah," begitu kata kawan satu kampus ku ini dulu.
aku tidak tahu apakah saat ini, aku sudah cukup berusaha dalam hidup atau belum. aku hanya tahu, segalanya sedang kujalani dan akan terus kujalani. meski aku tahu, istri dan anak-anakku juga tahu, selera humor kami saat ini tercekat di kerongkongan. suara tawa semakin berkurang saja setiap harinya. intensitas bertatap muka makin minim saja. ada apa denganku? aku yang salah sehingga hanya sedikit saja tawa antara aku, istri, juga anak-anakku? aku yang salah hingga mereka tak sesering dulu menatap wajahku? aku yang salah?
24 maret 2006
hari
hari, kadang ramai
bahkan lebih sering ramai
tapi bukan milikku
hari, kadang ceria
bahkan selalu ceria
tapi juga bukan milikku
hariku
kadang ramai kadang ceria
tapi tidak selalu ramai dan ceria
karena mereka hanya singgah menyapaku
ya, mereka hanya singgah
menggelitik lara sebentar
lalu pergi lagi
Pontianak, 16 Maret 2006
yang kusayang
di luar cuaca mendung
awan gelap beriringan
petir menggelegar bersahutan
rinai hujan mulai menetes
anak-anakku tengah tertidur pulas
tangan mereka menggenggam jari ibunya
tak ingin dilepaskan
mereka yang kusayang
aku di sini sendiri
gerimis tak kuhiraukan
tak ada dengkur anak dan istriku
tapi mereka yang kusayang
Pontianak, 21 Maret 2006
seandainya aku malam
takkan kuselimuti kau dengan embun
seandainya aku siang
akan kulindungi kulitmu dari panas mentari
seandainya aku pagi
takkan kubiarkan kau terjebak kemacetan
tapi aku hanya sebatas aku
tercipta dengan banyak keterbatasan
terlahir dengan banyak sisi
berjalan dengan banyak arah
hidup dengan perjuangan
mati berbungkus kain kapan
ruang iklan
5 mei 2006
pintu tuhan
ketika malam datang, aku masih bertafakur dengan dunia
sesekali saja aku singgah untuk menjenguk akhirat
hanya lima menit
kalau pun lebih, paling hanya beberapa detik
ketika malam datang, aku masih mengemis belas kasihan dunia
mengiba perpanjangan hidup
menadahkan tangan berharap bagi
hingga tak banyak aku berkomunikasi dengan penciptaku
yang sedikit itu pun, bukan hitungan jam
tuhan, engkau pasti memandangku
engkau pasti melihat perkelahianku tadi
kelakuanku mengotori catatan-mu, bukan?
tapi aku lihat pintu-mu masih terbuka, tuhan.
7 mei 2006
bohong
aku serpihan kaca yang terserak
tersapu ijuk keduniaan
tersesat di belantara pekat
diam dalam keramaian
mulutku terkunci kenistaan
terbenam dalam lumpur kata kata
kebenaran menjadi sesuatu yang bodoh
hanyut bersama lava lidah api
mengalir dan terus mengalir
memerahkan wajah dan hati para cecunguk
tertawa sebentar kemudian mati
9 mei 2006
nur ilahi
lentera tak lagi benderang
anak anakku mencari cari
menggapai yang mereka bisa
meninggalkan yang bukan keharusan
cahaya ada di sana
pergilah menujunya
percayalah ia kekal
menerangi kalian hingga tanpa akhir ajal
8 mei 2006
cepat pergi
jangan pedulikan penjual kesesatan
tinggalkan pasar keduniaan
ayah akan antar kalian
redaksi
8 Mei 2006
hati
kau terang dari kejauhan
ketika temaram menyergap
ketika dunia sepi
ketika orang orang diam
kau harum seperti bunga
ketika sunyi merayap
ketika duka menyapa
ketika tawa tersekap di lidah
kau manja seperti bidadari
ketika rembulan tersenyum
ketika matahari tertawa
ketika bintang cemas
teruslah bersinar
biarkan harummu ke mana suka
lepaskan manjamu di dadaku
tetapi jangan bagi hatimu
pontianak, 17 Mei 2006
tentang kita
selamat malam sayang
kamu sedang apa
berkhayal tentangku
berkhayal tentang kita
benar benar gila
aku tak perlu ditanya sedang apa
berkhayal tentangmu sudah pasti
berkhayal tentang kita apalagi
tapi sudahlah
aku tak bisa meneruskan puisi ini
otakku mendadak buntu
perutku lapar
aku ingin pulang
28 mei 2006
banyak tanya
salahkah aku jika banyak cinta di sekelilingku?
salahkah jika aku menjemput banyak kebahagiaan?
tunjukkan aku di mana kesalahanku?
30 mei 2006
orang ketiga
aku hanya bayang-bayang
segaris siluet di temaram matahari
mencari dan selalu mencari
berjalan di antara terang dan gelap
aku hanya bayang-bayang
kulitku terbuat dari sinar
hilang ketika gelap datang
ada karena dia ada
aku hanya bayang-bayang
jangan coba kau miliki
takkan bisa kau peluk
apalagi kau sayang
aku hanya bayang-bayang
tidak patut kau cinta
hatiku terikat rami kuat-kuat
sulit mungkin untuk kau lepas
buat deary
pontianak, 15 juli 2006
cintaku
berangkatlah ke peraduanmu
percayalah aku menunggu cintamu di sana
pejamkan matamu
aku akan menjagamu hingga mentari terbit dan kau terbangun
percayalah aku masih di sisimu.
percayalah ada aku ketika kau menguap untuk pertama kali di pagi itu
Setiap hari
aku ingin menjadi pria pertama yang melihat kau tidak bermake up
aku ingin kau yang pertama meniupkan azan subuh sebelum bilal di masjid
aku ingin menjadi yang pertama untuk semua yang ada padamu
17 juli 2006
doaku
tidurlah
jangan risaukan malam pertamamu
sambut pagi esok dengan ceriamu
ingat, aku di belakangmu, tapi aku bukan bayang-bayangmu
tinggalkan aku ketika terang tiba
genggam tangannya, jangan pernah kau lepaskan
dia yang nanti akan membawamu ke surga-nya.
20 juli 2006
orang ketiga 2
perempuan-perempuan yang aku sayangi, sayangilah aku
perempuan-perempuan yang aku cintai, cintailah aku
perempuan-perempuan yang aku banggakan, jangan banggakan aku
perempuan-perempuan yang aku puja, jangan puja aku
perempuan-perempuan yang sering aku tangisi, jangan tangisi aku
perempuan-perempuan yang segalanya bagiku, maafkan aku
aku bukan yang patut dibanggakan
aku bukan yang patut dipuja
aku bukan yang patut ditangisi
karena aku hanya bisa memberi kalian cinta dan kasih sayang
21 juli 2006
cemburu
mengapa aku merasa malam ini sepi sekali
dingin menjadi sangat terasa
aku seperti berdiri pada ruang kosong
temanku hanya gema suaraku sendiri
memekakkan telinga
membuat pusing kepala
hampa
aku seperti seorang tanpa keinginan
tanpa rasa
tanpa asa
saat ini aku benar-benar benci diriku sendiri.
9 September 2006
hilang
sepi itu akhirnya menjemput
tawa telah pergi
senyum tak lagi tampak
sinar itu kulihat di kejauhan
jauh sekali
tapi semuanya masih ada
10 september 2006
asa
biarlah senyum itu menemukan abadi
biar tawa itu kekal di hadapan cermin
gapailah yang engkau mau
peluk dia dan berdoalah
aku dan senyum tetap akan di sini
menanti tawa itu menggetarkan telinga
aku akan selalu di sini
menanti kabar bahagiamu.
6 oktober 2006
sunyi
hari ini, masih sama seperti hari kemarin
aku sendiri lagi di sisa ruang dunia
sempit
halimun merongrong
menjejali napas dengan ion kematian
besok, mungkin masih sama seperti hari ini
kacau
rusuh
teriakan di mana-mana
robinhood bermunculan
berganti pakaian dewa
menjelma kembali menjadi iblis.
7 oktober 2006
tak terasa bulan Juni sudah berlalu enam hari. belum banyak yang kulakukan menjalani pertengahan tahun ini.
tubuhku terasa lelah. seperti mesin percetakan buatan tahun 80-an, gujluk....gujlukk...gujlukkk...
mungkin karena tuntutan dari pekerjaanku yang membuat cepat lelah. profesiku sebagai seorang jurnalis yang dituntut selalu menyajikan yang terbaik, berpikir, meramu, dan menampilkan melebihi yang ditampilkan orang lain, membuatku cepat keder.
ga tau sampe kapan seperti ini dan begini. ingin rasanya kuakhiri.
ketika sinar bulan datang kau mulai ragu
bertanya-tanya tentang masa depan percintaanmu
sekali dapat jawaban, sekali itu pula kau membantahnya
sekali waktu kau percaya waktumu
lain waktu kau ragukan masamu
kau percaya cinta
sama ketika kamu tidak memercayainya
kau percaya cinta dalam hatimu
dalam hati kita
cinta itu kepada rabb-mu
boy gabung dengan borneo blogger community (BBC), banyak hal positif bisa dibangun....
salam dari kawan lama........
ada banyak yang bisa kita reguk
dari sekian cerita yang kita jalani
kata pramoedya : jangan berhenti jika kaki sudah terlanjur melangkah
sebab hari terus berubah, roda terus berputar, kebencian dan kekecewaan hanya akan menjadi sandungan kaki melangkah
haiii, apa kabar semua. lama ga ngepost nih. tapi sekarang dah comeback
Post a Comment